dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. tiap semesternya, itu pun kalo sekarang, kalo dulu masih memakai sistem caturwulan. catur itu berarti empat, dan wulan berarti bulan. jadi pada intinya, caturwulan berarti empat bulan. bukan berarti empat bulan itu peringatan kehamilan atau peringatan kematian, tapi hanya sebuah rutinitas biasa untuk siswa sekolah dasar berumur sepuluh tahun yang belum tahu apa-apa tentang segalanya. ya, UJIAN, itulah nama rutinitas tersebut. sama seperti ketika orang-orang yang bilang, “ini merupakan UJIAN dari Tuhan”. dan begitulah imajinasi anak berumur 10 tahun ini ketika mendengar hal tersebut, langsung pikirannya tertuju dengan Tuhan membagikan beberapa lembar kertas jawaban dan orang itu harus menjawabnya. heemmmhh, bayangan aneh menurut pemikiran saya waktu itu. dan satu hal yang paling saya tidak suka waktu ujian adalah ketika ujian bahasa Indonesia, dan tepatnya adalah mengarang. salah satu bagian ujian yang selalu dapat nilai minimum buat saya. entah kenapa begitu melihat sesuatu yang bersifat mengarang, saya tak pernah bisa mengimajinasikan dan mengimplementasikan sesuai tema ataupun sesuai dengan bagian diri saya. ya, meski pada akhirnya tetap saya tulis meski tak sepenuh yang lain. saya melihat yang lain selalu bersemangat untuk mengarang, menulis apa yang mereka imajinasikan, membuat sesuatu yang diimpikan lewat tulisan. dan saya hanya bisa terpaku melihat mereka. saya coba teliti kembali tulisan saya. ah, sudah banyak. begitu ucap saya melihat lembar mengarang saya yang berisi tak lebih dari 20 baris karangan. saya senang sekali melihat tulisan saya yang hanya 20 baris tersebut. mungkin karena dari dulu saya selalu berkomitmen untuk puas dengan diri sendiri kali ya….
ya begitulah masa kanak-kanak, eh bukan, masa sekolah dasar saya yang begitu suram. kenapa saya menganggapnya suram?. ya karena saya tahu betul sekarang, mengarang itu baik, dan itu tidak dipenjarakan, kenapa dari dulu saya tak pernah menuliskan apa saja ya?. lagipula, takkan ada yang memarahi. dan kemudian saya buka kembali memori pada waktu akil baligh(tepatnya SMP) dan saya masih saja tidak bisa menulis sebanyak orang lain.
dan itu juga berlanjut waktu SMA, sehingga saya tak pernah sekalipun membuat sebuah karangan yang bisa berjumlah berbaris-baris maupun berhalaman-halaman.
namun kesalahan itu mulai saya sadari ketika saya berkuliah. pada masa ini, saya harus benar-benar bisa menuangkan ide dan pikiran saya untuk sekedar bercanda, ataupun membagi sesuatu. dan tulisan lah yang berguna ketika kuliah. sebuah pepatah mengatakan, “seseorang yang pandai sebenarnya adalah, seseorang yang pandai membaca, bicara, dan menulis”. dan saya hanya bisa membaca dan bicara. dan dimana tulisan saya????. saya sendiri masih bingung mencarinya. dan kini, sedikit demi sedikit, saya kumpulkan kemampuan menulis saya. mulai belajar bagaimana menulis lagi. belajar untuk berimajinasi lagi dan menulisnya.
berimajinasilah, karena itu gratis dan tidak dilarang!!!
bayangkan sesuatu, dan tulis. itu lebih berharga dari uang dan lebih memberi banyak kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment