
Rektor takut dengan Pemerintah
Pemerintah takut dengan Mahasiswa
Mahasiswa takut dengan Tuhan.
begitulah kira-kira ungkapan ketika reformasi '98. Menengok kembali sejarah kita yang selalu berubah ketika mahasiswa turun tangan. Memang tidak menafikkan jika sejarah selalu terulang. Terulang dan selalu terulang. Meski terkadang periode nya yang berbeda. dan juga strategi yang digunakan tergantung situasinya.
Mari kita menilik kembali keadaan kita sekarang. Jikalau dulu mahasiswa adalah roda penggerak reformasi, dan sekarang menjadi kontrol demokrasi.
Anda tak perlu iri ketika negara lain tak punya organisasi kampus seperti Indonesia. Anda takkan temukan Badan Eksekutif Mahasiswa Tokyo University, atau mungkin Himpunan Mahasiswa 'Computer Science' Massachussets Institute. Ya, only one. Indonesia kita yang punya.
Reformasi kita berbeda dengan yang lain. Kita berbeda dengan yang lain. So, what???
kenapa harus takut untuk menjadi berbeda. karena begitulah tugas seorang mahasiswa. Untuk membuat sebuah perbedaan. Perbedaan yang bermanfaat tentunya. Bagaimana kita bisa membuat perbedaan ketika dari jaman yang penuh komunisme menjadi 'lebih demokrasi'. kenapa masih saya tanda kutip?. yang memang jaman tersebut demokrasinya hanya tanda kutip. hanya formalitas belaka. Dimana seharusnya demokrasi, semua media inspirasi dan aspirasi dicekal. Keadaan dikondisikan 'nyaman'. Harga-harga murah, pembangunan dimana-mana. tapi dimana demokrasinya? Kekangan yang luar biasa tertutupi oleh hal-hal yang membutakan tersebut. dimana semua rakyat terlena dengan kebutuhan mereka masing-masing. tapi diktator tersebut merampas satu hal yang diperjuangkan mereka yang berkorban harta dan nyawa. Kebebasan. ya, kebebasan mereka dicekal. Mahasiswa tahu, tapi mereka diam, menunggu selama 32 tahun untuk sebuah unjuk rasa menggulingkan penguasa lalim. dan sampai sekarang, rakyat pun masih bilang. Mahasiswa itu bodoh.
saya tak tahu salah kita dimana.? apa karena kita ingin memperjuangkan sebuah demokrasi untuk mereka, dan mereka menanggapi dengan kutukan agar kita mengembalikan stabilitas Indonesia kita.
Dewasa ini, satu persatu kebebasan mereka kembali pada mereka yang berduit. dan kita seakan meng-iya-kan. ya memang realistis. realistis sekali. 'sekarang, hidup tanpa uang itu sama aja nggak hidup mas', kata seseorang pada saya suatu ketika tentang tanggapan terhadap kondisi sekarang. 'Janganlah terlalu idealis, idealismu pada akhirnya runtuh pada realita', kata seseorang juga pada saya. Saya sedikit miris juga. but, it's happen in arround us. Ketika korupsi menjadi sebuah kebiasaan. ketika jalan pintas adalah lalu lintas utama. Dimana profesionalitas dan etika kerja tunduk pada uang. sebegitukah Indonesia kita saat ini. sebegitukah kita menganggapnya saat ini. Saya takkan mulai menyalahkan orang lain. Saya mulai merenungi diri saya sendiri. Apakah saya seperti itu? Apakah saya menjadi salah satu dari orang-orang seperti itu? Ingat idealisme anda ketika masih mahasiswa. Anda adalah agen perubahan. seharusnya kita yang mengubah sistem yang korup menjadi bersih dari korupsi. sistem yang men-Tuhan-kan uang menjadi rasa sosial untuk kebersamaan. Karena kita Indonesia. Kita berbeda, tapi tetap satu.
dan begitulah idealisme, realitasnya sekarang, kita sebagai agen perubahan tak ubahnya bagai agen yang mengikuti sistem yang tidak berubah. Lalu dimana esensi kita sebagai agen perubahan. Sistem yang dulunya seperti ungkapan atas. dan sekarang mungkin lebih tepatnya seperti ini :
"Dekan takut dengan Rektor
Rektor takut dengan Pemerintah
Pemerintah takut dengan Mahasiswa
Mahasiswa takut dengan Dosen
Dosen takut dengan Dekan."
dan berputarlah segala sistem tersebut dan kita tak menjadi kontrol pemerintah. Kita tak ubahnya hanya sebuah pekerja yang harus mematuhi semua 'custom' tersebut. Tak ada yang salah dengan sistem. mungkin hanya manusia-manusia nya yang sedang mulai merusak sistem.
dan itulah tugas kita sebagai mahasiswa. Memperbaiki kondisi, mengubah kondisi, dan mengubah keadaan. Anda tak perlu jadi superman, batman, atau iron man untuk mengubah Indonesia.
Anda hanya perlu mengubah cara berpikir anda, ubah idealisme anda, ubah kekuatan anda menjadi semangat dan tekad. Bahwa kitalah agen perubahan.
Surakarta, 14 Juni 2012
No comments:
Post a Comment