Ulangi Lagi
Berulang kali dalam hidup kita. Bahkan
dalam sehari dalam hidup kita. Sholat menjadi salah satu hal yang paling utama
untuk kita yang beragama islam. Atau tepatnya itulah ibadahnya umat islam. Sebuah
“ritual” rutin tiap pergantian waktu.
Sama seperti ummat kristiani,
hindu, maupun buddha sama ketika mereka berjalan ke masing-masing tempat
peribadatan mereka. Sebentar namun pasti mereka sembahyang.
Dan sama seperti itulah kita
sebagai umat islam. Datang ke masjid, sholat, dan selesai.
Tapi apakah hanya berlangsung
seperti itu?
Suatu hari saya melihat sebuah
tayangan, dimana disitu ada seorang pendeta berkhotbah. Atau lebih tepatnya
tiap minggu ada acara gereja. Saya melihat sebuah kepercayaan yang besar. Keyakinan.
Para umat kristiani itu datang ke
gereja dengan sebuah keyakinan. Mereka menangis di dalamnya. Mereka memejamkan
mata mereka. Mereka genggam tangan mereka. Mereka percaya mereka sedang
berbicara dengan Tuhan. Mereka tulis dalam ibadah mereka.
Tak hanya itu, saya lihat bagaimana
umat hindu di Bali. Tiap hari, selama 3 kali, mereka datang ke pura membawa
sesajen dan beribadah. Tak seperti sebuah keterpaksaan. Ikhlas, tenang, dan
menyentuh.
Kemudian ke vihara. Kita lihat
para bikshu (yang beragama shinto). Mereka meditasi dengan tenang sambil
mengetuk-ngetuk sesuatu. Dan mereka tenang disitu.
Dan inilah kita umat islam. Sudahkah
kita datang ke masjid. Sholat dengan tenang. Berkomunikasi dengan Allah secara
perlahan, menyentuh, meminta dengan sopan. Datang ke “Rumah-Nya” dan memohon
dengan tenang. Dengan keikhlasan hati. Mungkin dalam bahasa yang mudah
dikenali, Tuma’ninah.
Sejauh mana tuma’ninah kita?. Apakah kemudian sekedar sholat dan kemudian
sudah. Dimana letak esensinya jikalau seperti itu?.
Pernah mendengar cerita ini :
|“Seorang
laki-laki masuk masjid. Kemudian ia shalat. Selepas shalat ia menghampiri
Rasulullah yang sedang duduk di pinggir masjid seraya mengucapkan salam.
Rasulullah menjawab
salamnya kemudian mengatakan sesuatu, “Ulangi lagi (shalatnya), karena
sesungguhnya kamu belum shalat”.
Si laki-laki pun
segera memenuhi titah Rasulullah. Ia shalat kembali sebagaimana intruksi
Rasulullah. Selesai shalat ia menghampiri Rasul sembari mengucapkan salam.
Rasulullah menjawab
salamnya kemudian mengatakan sesuatu, “Ulangi lagi (shalatnya), karena
sesungguhnya kamu belum shalat”.
Orang itu kembali
shalat untuk yang kedua kalinya meskipun di benaknya ada tanda tanya. Selesai
shalat, segera ia menghampiri Rasulullah dan mengucapkan salam.
Seperti sebelumnya,
lagi-lagi Rasulullah menyuruh laki-laki itu untuk mengulangi shalat. Ia
penasaran, ada apa dengan Rasulullah, kok menyuruh shalat lagi padahal ia sudah
shalat?
“Rasulullah,
demi Dzat yang telah mengutus Engkau dengan membawa kebenaran, ajarkanlah
kepadaku!” Demikian si laki-laki itu meminta pengajaran kepada Rasulullah saw..
Maka, Rasulullah
memberi nasehat kepadanya, “Jika kamu hendak shalat, sempurnakanlah wudhu.
Kemudian menghadaplah ke kiblat dan segera takbir. Lalu, bacalah ayat Quran
yang kamu mudah membacanya”.
Beliau melanjutkan
nasehatnya, “Kemudian rukuklah sampai kamu merasa tenang ketika sedang rukuk.
Bangkitlah dari rukuk sehingga kamu berdiri tegak. Lalu, sujudlah kamu sehingga
kamu merasa tenang dalam keadaan sujud. Kemudian, bangkitlah dari sujud
sehingga kamu merasa tenang dalam keadaan duduk. Kemudian, sujudlah sehingga
kamu merasa tenang dalam keadaan sujud”.
Setelah itu,
Rasulullah menutup nasehatnya dengan perintah. “Kerjakalah hal tersebut dalam
setiap shalatmu!”
Rasulullah menyuruh
orang itu untuk mengulangi shalat alasannya itu belum shalat. Padahal, ia
sudah menjalankan shalat. Ini kenapa?
Setelah orang itu
meminta pengajaran, Rasulullah mengajarkan tata cara shalat dan tentang
keharusan shalat dengan tenang. Apa maksud Rasulullah ini? Oh, mungkin
saja orang tersebut dalam gerakannya tidak benar atau tidak
tenang. Seperti burung mematuk makanannya.”
(HR. Imam Bukhari)|
Dan begitulah selayaknya sholat kita.
Saya akui, memang belum sampai sebegitunya saya bisa sholat
seperti itu. Tetapi bukankah alangkah baiknya kita berusaha. Menghadirkan sosok
Tuhan itu ada di depan kita. Agar kita takut. Agar kita tawakal. Agar kita tuma’ninah.
Agar kita istiqomah. Karena Allah, lillahi ta’ala.
Sebegitu tinggi nilai ibadah kita, kenapa harus meninggikan
hal yang nalar namun tak dekat dengan-Nya. Bukankah Sang Maha Punya mempunyai
segala hal. Kita hanya makhluk, dan makhluk hanya bisa meminta.
Maka ketika kita tak punya apa-apa. Minta saja, minta dan
ulangi. Minta dan ulangi lagi. Dengan cara yang baik. Dengan niatan yang baik. Dengan
perbuatan yang baik. Insya Allah permintaan kita diijabah.
Amiin ya rabbal alamin.
NB : CMIIW
jika ada informasi yang salah. Bagi para pembaca yang sekiranya melihat
kesalahan dalam penulisan ini. Mohon dibenarkan. Insya Allah segera diralat. Terima
kasih.
No comments:
Post a Comment