4 November 2013 ya, tepat saat saya menonton televisi bagian
klimaks sekaligus penutup mungkin. Karena memang setelah itu filmnya selesai.
Pada salah satu stasiun tv swasta, diputarlah film bollywood
yang berkisah tentang kisah percintaan seorang pemuda yang jatuh hati pada
seorang gadis yang buta.
Dan tak tahu bagaimana bagian prolog sampai dengan
tengahnya, saya hanya tahu bagian akhirnya.
Disitu ditampilkan adegan dimana yang pria (sebut saja
non-bunga) meminta pemicu dari sang gadis (sebut saja bunga) yang ternyata
sudah bisa melihat. Wooow sekali sebenarnya waktu tahu ternyata dari kisah awal
tadi si bunga tak bisa melihat, dan sekarang sudah bisa melihat. Dan non-bunga
ini ternyata tentara pemberontak kashmir yang mencoba memerdekakan diri.
Non-bunga ini mencoba untuk berjalan pergi meninggalkan si
bunga untuk beberapa hari untuk menyerahkan pemicu tadi ke pihak pemberontak
yang lain. Akan tetapi si bunga ini tidak ingin non-bunga pergi. Dia
menodongkan pistol tepat di muka non-bunga. Non-bunga tahu tak akan ditembak
oleh bunga, maka dia mengalihkan arah pistol tersebut. Dan kemudian berjalan
menjauh.
Akan tetapi bunga ini pun tetap berteriak pada non-bunga
untuk mencegah non-bunga melangkah lebih jauh. Non-bunga pun tetap melangkah
gontai menuju hutan tempat persembunyian pemberontak. Keluar dari rumah tempat
mereka berdua bertengkar.
Tanpa dinyana, bunga ternyata juga keluar rumah. Luar rumah
yang dalam kondisi bersalju luar biasa. Tahulah kashmir waktu musim dingin
seperti apa. tetap berteriak pada non-bunga untuk melangkah lebih jauh dari
tempatnya berjalan. Bunga pun mencoba memberi tembakan peringatan pada
non-bunga.
Non-bunga sadar, namun tetap saja melangkah. Dia sadar,
pemicu itu harus lebih berharga untuk banyak orang. Dan tanpa disadari pula,
bunga pun langsung ba … bi … bu … menembak kaki non-bunga. Nah, disini nih agak
lucu. Tertembak dan seperti tanpa rasa kesakitan luar biasa. Pada nginjek
kerikil tajem aja udah sakit lumayan. Apalagi ini, ketembak, di kaki dan peluru
masuk ke kaki. Ngeeri nggak sih.
Scene berikutnya diperlihatkan bahwa saking emosinya
non-bunga akhirnya menodongkan pistolnya ke bunga. Pistol beneran lho ya. Dan
terjadilah saling todong antar bunga dan non-bunga. Saling menodongkan senjata
yang mematikan satu sama lain.
Sambil mengingat satu sama lain. Kejadian demi kejadian
ketika pertama kali bertemu. Mengingat betapa manisnya masa-masa ketika
bertemu. Berjumpa pertama kali dengan orang yang sekarang di hadapannya.
Mengenang manisnya masa-masa itu.
Dan dengan itu, si non-bunga berhenti mengacungkan pistol
dan kembali berjalan. Terus berjalan tertatih dengan luka menganga di kaki.
Sambil terus mengingat momen itu, bunga pun langsung
melepaskan tembakan ke arah non-bunga. Non-bunga pun terjerembab jatuh tak
berdaya.
Lalu, seperti semua film romantis. Berlarilah bunga menuju
ke arah non-bunga sambil bersedih bahwa orang yang dicintainya akan mati.
Padahal baru saja ia tembak.
-_________________________________________-
Disini suasananya errrgh banget. Karena ya itu tadi.
Sambil nangis-nangisan bunga berteriak, jangan mati-jangan
mati.
What a horrible.
Ditembak sendiri. Ditangisi sendiri. Hmmm.
Begitu juga mungkin dengan kita. Secara tidak sadar mungkin
kita telah membunuh atau mungkin tepatnya menghancurkan sesuatu dan kemudian
kita ratapi sendiri.
Mungkin.
No comments:
Post a Comment