Wednesday, November 6, 2013

Cinta yang Membunuh

4 November 2013 ya, tepat saat saya menonton televisi bagian klimaks sekaligus penutup mungkin. Karena memang setelah itu filmnya selesai.
Pada salah satu stasiun tv swasta, diputarlah film bollywood yang berkisah tentang kisah percintaan seorang pemuda yang jatuh hati pada seorang gadis yang buta.
Dan tak tahu bagaimana bagian prolog sampai dengan tengahnya, saya hanya tahu bagian akhirnya.
Disitu ditampilkan adegan dimana yang pria (sebut saja non-bunga) meminta pemicu dari sang gadis (sebut saja bunga) yang ternyata sudah bisa melihat. Wooow sekali sebenarnya waktu tahu ternyata dari kisah awal tadi si bunga tak bisa melihat, dan sekarang sudah bisa melihat. Dan non-bunga ini ternyata tentara pemberontak kashmir yang mencoba memerdekakan diri.
Non-bunga ini mencoba untuk berjalan pergi meninggalkan si bunga untuk beberapa hari untuk menyerahkan pemicu tadi ke pihak pemberontak yang lain. Akan tetapi si bunga ini tidak ingin non-bunga pergi. Dia menodongkan pistol tepat di muka non-bunga. Non-bunga tahu tak akan ditembak oleh bunga, maka dia mengalihkan arah pistol tersebut. Dan kemudian berjalan menjauh.
Akan tetapi bunga ini pun tetap berteriak pada non-bunga untuk mencegah non-bunga melangkah lebih jauh. Non-bunga pun tetap melangkah gontai menuju hutan tempat persembunyian pemberontak. Keluar dari rumah tempat mereka berdua bertengkar.
Tanpa dinyana, bunga ternyata juga keluar rumah. Luar rumah yang dalam kondisi bersalju luar biasa. Tahulah kashmir waktu musim dingin seperti apa. tetap berteriak pada non-bunga untuk melangkah lebih jauh dari tempatnya berjalan. Bunga pun mencoba memberi tembakan peringatan pada non-bunga.
Non-bunga sadar, namun tetap saja melangkah. Dia sadar, pemicu itu harus lebih berharga untuk banyak orang. Dan tanpa disadari pula, bunga pun langsung ba … bi … bu … menembak kaki non-bunga. Nah, disini nih agak lucu. Tertembak dan seperti tanpa rasa kesakitan luar biasa. Pada nginjek kerikil tajem aja udah sakit lumayan. Apalagi ini, ketembak, di kaki dan peluru masuk ke kaki. Ngeeri nggak sih.
Scene berikutnya diperlihatkan bahwa saking emosinya non-bunga akhirnya menodongkan pistolnya ke bunga. Pistol beneran lho ya. Dan terjadilah saling todong antar bunga dan non-bunga. Saling menodongkan senjata yang mematikan satu sama lain.
Sambil mengingat satu sama lain. Kejadian demi kejadian ketika pertama kali bertemu. Mengingat betapa manisnya masa-masa ketika bertemu. Berjumpa pertama kali dengan orang yang sekarang di hadapannya. Mengenang manisnya masa-masa itu.
Dan dengan itu, si non-bunga berhenti mengacungkan pistol dan kembali berjalan. Terus berjalan tertatih dengan luka menganga di kaki.
Sambil terus mengingat momen itu, bunga pun langsung melepaskan tembakan ke arah non-bunga. Non-bunga pun terjerembab jatuh tak berdaya.
Lalu, seperti semua film romantis. Berlarilah bunga menuju ke arah non-bunga sambil bersedih bahwa orang yang dicintainya akan mati. Padahal baru saja ia tembak.
-_________________________________________-
Disini suasananya errrgh banget. Karena ya itu tadi.
Sambil nangis-nangisan bunga berteriak, jangan mati-jangan mati.
What a horrible.
Ditembak sendiri. Ditangisi sendiri. Hmmm.
Begitu juga mungkin dengan kita. Secara tidak sadar mungkin kita telah membunuh atau mungkin tepatnya menghancurkan sesuatu dan kemudian kita ratapi sendiri.
Mungkin. 

No comments:

Post a Comment