Wednesday, November 6, 2013

Penghakiman

Ada suatu waktu dimana nanti kita diadili. Benar bukan. Di setiap religi manapun akan menyebutkan demikian. Bahkan tak terkecuali agama bangsa Viking sendiri. Mereka akan diadili dan ujung-ujungnya dimasukkan ke dalam surga atau neraka.
Dalam dunia yang riil, ada sebuah tempat untuk kita bernama pengadilan. Tempat orang mencari keadilan (katanya). Tempat orang yang membutuhkan waktu untuk proses pencarian kebenaran. Dan disana orang-orang berlomba-lomba mencari kebenaran. Mengadu dan mencoba mendapat kebenaran kepentingan masing-masing.
Mengadu argumen untuk membenarkan kasus masing-masing.
Dulu, saya percaya hal itu adil. Saya melihat pengacara dan hakim-hakim yang bijak. Lalu apa yang jadi membuat berbeda.
Suatu ketika kita berbuat salah, lalu dimanakah kita akan mendapat hukuman.
Aaah, proses hukuman itu terlalu sederhanan sebenarnya. Tinggal bagaimana setiap orang mengakui kesalahannya. Tinggal setiap orang mencoba menelisik sejauh apa orang tersebut salah menurut dirinya sendiri.
Dan hari ini sangat sulit menemuinya.
Suatu kali saya pernah mendengar shirah nabawiyah seperti ini.
suatu kali datang seorang perempuan ke Rasulullah SAW. Dia berkata, “Ya Rasulullah, saya telah berzina. Tolong rajam saya.”
Lalu rasulullah pun berkata, tunggu sampai anakmu lahir.
Dan kemudian ketika anaknya lahir, wanita itu pun dirajam sampai mati.
Entah begitu akhirnya, saya lupa bagian tengahnya, tapi akhir ceritanya “Rasulullah berkata, “Aku melihat perempuan itu di surga, dengan dua sayap di punggungnya.”
Melihat sedikit shirah di atas, saya membuat kesimpulan bahwa wanita itu memilih hukumannya di dunia daripada hukumannya di akhirat kelak.
Dia lebih baik merasakan hukuman itu di dunia agar pengampunannya di akhirat diterima.
Itu sebuah hukuman.
Pada masa penghakiman, kita akan mengakui diri kita sendiri. Kita akui seberapa banyak dan apa saja yang telah kita perbuat di dunia ini. Di sana. Di padang mahsyar.
Pada masa itu, mulut dikunci, dan yang bicara adalah bagian-bagian tubuh kita. Mengakui apa saja yang sudah kita lakukan. Mulut kita tak akan bisa berbicara kebohongan. Mulut kita tak akan terbuka dan mengungkap keburukan. Tak akan mengungkap kebaikan.
Hanya setiap bagian tubuh kita, tangan, kaki, mata, dan lainnya. Bagaimana mungkin kita akan berbohong. Semua record kita akan dibongkar. Seperti sebuah pengakuan dosa yang lebih terperinci. Langsung dari bagian pelaku perbuatan.
Bukankah itu adil untuk melihat dosa kita apa saja mungkin bagi yang lupa. Dan dengan itu, kita ingat secara detail apa saja yang sudah kita lakukan.
Dan mungkin pada waktu itulah masa penghakiman kita. Apakah kita menerima ‘catatan’ itu dengan tangan kanan, ataukah dengan tangan kiri.

Dans Le Noir

Mau tau artinya?
Itu adalah sebuah nama restoran yang berada di perancis yang kemudian membuka salah satu cabangnya di Manhattan. Restoran dengan sensasi yang luar biasa bagi yang pernah kesana.
Restoran ini adalah salah satu yang terkenal di perancis. Kenapa bisa demikian, karena restoran ini fully totally dark. And you know what it’s mean. It’s mean dark, and really dark.
Memang, disana tidak ada lampu sama sekali. Tidak ada cahaya. Dan memang begitulah disana. maksudnya no light in there.
Maksud dari dibuatnya restoran ini adalah  dengan sengaja untuk memberikan sensasi makan gelap-gelapan. Why? Karena kita tak tahu apa yang mungkin akan kita makan. Eh, bukan, tepatnya kita tidak tahu sensasi rasanya.
Kebanyakan dari kita takut dengan makanan karena sudah tahu bentuknya. Akan tetapi, disini mustahil indera penglihatan kita mampu melihat bentuk makanan itu sendiri. Menjadi sensasi tersendiri.
Misal kita sudah tahu bahwa itu cabe, tentunya yang nggak suka pedes akan cenderung menyingkirkan salah satu makanan tersebut. Dan juga ini menjadi salah satu solusi bagi yang phobia makanan.
Tapi apa yang unik di restoran ini. Restoran ala perancis ini ternyata memiliki suatu keunikan dibandingkan dengan yang lain.
Masyarakat normal akan cenderung tidak akan memperkerjakan orang cacat. Kenapa demikian, karena dianggap bukan orang normal. Mungkin begitu.
Akan tetapi disini, semua waitress di restoran ini ternyata cacat. Semua pelayan restoran disini adalah buta. Atau tepatnya tunanetra. Wooow sekali bukan, mungkin satu-satunya yang memperkerjakan orang buta ya.
Bagi saya mungkin adalah salah satu bentuk inovasi yang ingin membuat jurang sosial antara orang normal dan orang cacat berbeda. Dengan adanya restoran ini, menjadi kesempatan bahwa orang yang difabel pun punya kemampuan tersendiri untuk bisa hidup.
Patutnya secara tidak langsung saya harus berterima kasih kepada penggagas restoran ini. Saya belajar banyak. Tak harus menjadi normal untuk berkarya kan. Karena kita semua normal. Dan mampu.
Lalu apa yang membuat kita tidak mampu. Mungkin hanya tekad kita yang kurang terkepal dalam tangan. Cita-cita yang tak selalu menggantung dalam pikiran. Hati yang tak percaya pada Tuhan. Lalu kapan kita kuat untuk bercita-cita jika seperti itu.
Banyak kisah orang difabel yang mampu melakukan apapun. Nick Vujicic salah satunya. Tanpa tangan, tanpa kaki. Dan bisa menginspirasi orang di seluruh dunia. Mampu berenang, main bola, main golf. Tanpa tangan, dan tanpa kaki.
Mungkin setelah ini yang belum bisa berenang bisa malu. Anda punya banyak anggota badan yang lebih lengkap, masa kalah dengan yang difabel. Hanya tekad yang kuat, semangat yang terus membara yang membuatnya tetap untuk melanjutkan tujuannya.

Cinta yang Membunuh

4 November 2013 ya, tepat saat saya menonton televisi bagian klimaks sekaligus penutup mungkin. Karena memang setelah itu filmnya selesai.
Pada salah satu stasiun tv swasta, diputarlah film bollywood yang berkisah tentang kisah percintaan seorang pemuda yang jatuh hati pada seorang gadis yang buta.
Dan tak tahu bagaimana bagian prolog sampai dengan tengahnya, saya hanya tahu bagian akhirnya.
Disitu ditampilkan adegan dimana yang pria (sebut saja non-bunga) meminta pemicu dari sang gadis (sebut saja bunga) yang ternyata sudah bisa melihat. Wooow sekali sebenarnya waktu tahu ternyata dari kisah awal tadi si bunga tak bisa melihat, dan sekarang sudah bisa melihat. Dan non-bunga ini ternyata tentara pemberontak kashmir yang mencoba memerdekakan diri.
Non-bunga ini mencoba untuk berjalan pergi meninggalkan si bunga untuk beberapa hari untuk menyerahkan pemicu tadi ke pihak pemberontak yang lain. Akan tetapi si bunga ini tidak ingin non-bunga pergi. Dia menodongkan pistol tepat di muka non-bunga. Non-bunga tahu tak akan ditembak oleh bunga, maka dia mengalihkan arah pistol tersebut. Dan kemudian berjalan menjauh.
Akan tetapi bunga ini pun tetap berteriak pada non-bunga untuk mencegah non-bunga melangkah lebih jauh. Non-bunga pun tetap melangkah gontai menuju hutan tempat persembunyian pemberontak. Keluar dari rumah tempat mereka berdua bertengkar.
Tanpa dinyana, bunga ternyata juga keluar rumah. Luar rumah yang dalam kondisi bersalju luar biasa. Tahulah kashmir waktu musim dingin seperti apa. tetap berteriak pada non-bunga untuk melangkah lebih jauh dari tempatnya berjalan. Bunga pun mencoba memberi tembakan peringatan pada non-bunga.
Non-bunga sadar, namun tetap saja melangkah. Dia sadar, pemicu itu harus lebih berharga untuk banyak orang. Dan tanpa disadari pula, bunga pun langsung ba … bi … bu … menembak kaki non-bunga. Nah, disini nih agak lucu. Tertembak dan seperti tanpa rasa kesakitan luar biasa. Pada nginjek kerikil tajem aja udah sakit lumayan. Apalagi ini, ketembak, di kaki dan peluru masuk ke kaki. Ngeeri nggak sih.
Scene berikutnya diperlihatkan bahwa saking emosinya non-bunga akhirnya menodongkan pistolnya ke bunga. Pistol beneran lho ya. Dan terjadilah saling todong antar bunga dan non-bunga. Saling menodongkan senjata yang mematikan satu sama lain.
Sambil mengingat satu sama lain. Kejadian demi kejadian ketika pertama kali bertemu. Mengingat betapa manisnya masa-masa ketika bertemu. Berjumpa pertama kali dengan orang yang sekarang di hadapannya. Mengenang manisnya masa-masa itu.
Dan dengan itu, si non-bunga berhenti mengacungkan pistol dan kembali berjalan. Terus berjalan tertatih dengan luka menganga di kaki.
Sambil terus mengingat momen itu, bunga pun langsung melepaskan tembakan ke arah non-bunga. Non-bunga pun terjerembab jatuh tak berdaya.
Lalu, seperti semua film romantis. Berlarilah bunga menuju ke arah non-bunga sambil bersedih bahwa orang yang dicintainya akan mati. Padahal baru saja ia tembak.
-_________________________________________-
Disini suasananya errrgh banget. Karena ya itu tadi.
Sambil nangis-nangisan bunga berteriak, jangan mati-jangan mati.
What a horrible.
Ditembak sendiri. Ditangisi sendiri. Hmmm.
Begitu juga mungkin dengan kita. Secara tidak sadar mungkin kita telah membunuh atau mungkin tepatnya menghancurkan sesuatu dan kemudian kita ratapi sendiri.
Mungkin. 

Make your own luck

Para penggemar movie nih. Udah pernah nonton the dark knight bukan. Atau lebih tepatnya batman the dark knight sekuel kedua. Film yang kebanyakan orang bilang “Mantep cooy.”
Mulai dari kualitas filmnya. Scene-nya, aktornya, perannya, jalan ceritanya, backsoundnya juga. Kalo saya bilang so amazing.
Mulai dari cerita kembalinya nih si Bruce Wayne, milyarder luar biasa kaya ke Gotham. Setiap malam dan tanpa kenal ampun para penjahat satu persatu dilumpuhkan. Hal ini ditunjang juga dengan District Attorney (DA) atau jaksa wilayah yang berwenang atas kekuasaan hukum di kota tersebut. Harvey Dent lhah namanya.
Tokoh yang satu ini luar biasa fenomenal kalo bisa dikatakan. Mulai dari kiprahnya yang tak diketahui mulai dari Batman begin dan kemudian muncul begitu saja di The Dark Knight. Mulai dari kiprahnya yang berupaya mengungkap jaringan kejahatan Falconi, sampai tiba-tiba mengungkap dirinya, mengaku bahwa dirinya adalah batman yang sesungguhnya.
Begitu berani kan. Saat Joker dkk berupaya menemukan dan membunuh batman, dia mengaku bahwa dialah batman. Sampai akhirnya sudah terancam akan dibunuh oleh joker di mobil polisi berperalatan khusus.
Dan sampailah pada titik klimaks, dan kita ketahui. Harvey Dent berubah menjadi The Two Faces. Yang dalam cerita komiknya menjadi salah satu tokoh antagonis yang berupaya menghancurkan batman juga.
Satu hal yang unik menurut saya adalah apa yang selalu dibawa oleh Harvey Dent. Jika pembaca tahu, dan tentunya pasti tahu. Harvey Dent mempunyai sebuah koin bermata dua yang di setiap sisinya mempunyai permukaan atau sisi yang sama. Terkecuali di bagian-bagian akhir ketika Harvey Dent terbakar di sebuah tempat, koin itu menjadi 2 wajah sesuai namanya.
So, that’s the point. Salah satu hal yang saya suka dari quote nya adalah, “You make your own luck.”
Bukankah begitu. Kita sebenarnya membuat keberuntungan untuk diri kita sendiri. Entah itu kita sadari atau tidak. How to make our luck. Just easy.
Persiapkan segala sesuatunya dengan baik.
Faktor ini yang kadang kita kurang perhatikan. Kita selalu memakai slogan, The Power of Kepepet. Always that. Memang kebanyakan ketika kepepet banyak hal langsung bisa terjadi. Tapi bukankah itu budaya yang sangat buruk. Terlihat akan beres. Memang pada waktu itu. Waktu selanjutnya, mungkin tak akan semujur itu. Acapkali kita selalu terburu-buru, entah itu karena memang sudah waktunya atau memang kita tak mempersiapkan dan jadi sibuk sendiri. Kebanyakan terlalu begitu. So why? Itu pertanyaan. Hanya butuh persiapan kok. Nggak mahal, nggak murah. Hanya persiapan yang matang. Berpikir jauh ke depan.
Setelah itu, tawakal.
Eits. Ini yang mungkin lupa. Atau mungkin disalahpersepsikan. Tawakal disini mempunyai artian bahwa memang segala sesuatu yang sudah diusahakan dan kemudian maksimal sesuai dengan kemampuan masing-masing sampai titik batas penghabisan baru kemudian diserahkan urusannya pada Tuhan, itu baru namanya tawakal. Hal ini berbeda persepsi dengan kita. Atau mungkin tepatnya salah persepsi.
Sebagai contoh, ujian nggak belajar dari semalam. Tawakal.
Ya begitulah. Contoh tersebut bisa dikatakan bukan tawakal karena tanpa usaha sama sekali atau mungkin tidak maksimal. Bahkan mungkin hanya baca 2-3 lembar trus udah. Mau tawakal darimana. Yang ada males namanya bukan tawakal.
“Make your own luck”, ternyata nggak sekedar sebuah bualan bahwa kita sendiri yang menciptakan keberuntungan. Saya percaya, manusia mempunyai visi, dan visi itulah keberuntungan kita. Bahkan mungkin sense pun menjadi salah keberuntungan kita.
So, why? Make your own luck.

Saturday, November 2, 2013

"MENYOGOK" TUHAN JELANG TEST CPNS

Ini kejadian beberapa tahun yang lalu.
Shalat magrib baru saja selesai, saya duduk sambil ngobrol seputar masalah agama bersama sekitar lima orang jamaah dan pengurus masjid.
Tepatnya di Masjid Thalabul Ilmi, Jl. Supu Yusuf, kota Kendari.
Ini memang sering kami lakukan sambil menanti masuknya wakti isya.

Tiba-tiba di depan masjid berhenti sebuah sepeda motor, seorang lelaki muda turun dari motor tsb dan langsung masuk ke masjid.
Mulanya kami mengira orang itu musafir yg hendak mampir shalat magrib.
Tapi ternyata dia cuma shalat dua rakaat, mungkin shalat tahiyatul masjid.

Setelah shalat lelaki muda itu mendekati kami, menyalami satu persatu lalu berkata:

"Pak... saya ini mendaftar CPNS dan insya Allah besok saya test.
Ada sejumlah oknum yg menawarkan pada saya kelulusan asal saya bersedia membayar sejumlah uang yang cukup besar, tapi saya tidak yakin Pak, dan juga uang saya sedikit.

Saya memilih membagi-bagikan saja uang ini ke masjid-masjid.
Ini adalah masjid ke-5 yang saya datangi hari ini, dan insya Allah malam ini hingga subuh besok saya akan mencukupkan hingga 10 masjid.

Jadi mohon perkenan Bapak pengurus masjid untuk menerima uang saya, tidak banyak, tapi insya Allah saya tidak akan merasa rugi walaupun besok saya ternyata tidak lulus."

Lelaki itu kemudian menyerahkan sebuah amplop coklat berisi uang dan diterima oleh Imam masjid.
Lalu Pak Imam berkata:
"Kita ini manusia hanya bisa berikhtiar, dan kita tdk pernah tahu apakah lulus CPNS itu lbh baik bagimu atau lebih buruk. Hanya Allah yg tahu.
Tapi insya Allah, kami semua disini berjanji akan mendoakan kamu agar Allah memberikan yg terbaik untukmu"

Lelaki muda itu tersenyum cerah "Terima kasih, Pak Ustad".
Lalu dia kembali menyalami kami satu persatu dan pamit.

Beberapa minggu kemudian, di waktu yang sama yaitu antara magrib dan isya, lelaki itu kembali datang menemui Pak Imam dan jamaah masjid.
Kami sudah tidak terlalu mengenalnya karena sudah lupa kejadian itu, tapi dia kemudian berkata:

"Terima kasih atas do'a para jamaah semuanya. Saya yakin do'a orang-orang yg selalu berjamaah insya Allah lebih makbul.
Saya yg dulu pernah datang kesini minta didoakan agar lulus CPNS, dan sekarang alhamdulillah saya sudah lulus.
Ini ada sedikit sumbangan saya untuk masjid, mohon Pak Imam berkenan menerimanya...."

Kembali dia menyerahkan amplop coklat berisi uang, kemudian menyalami kami satu persatu dan pamit.

Ini true story yg saya sudah lupa, tapi sore ini seseorang telah membuat saya ingat.
Semoga tidak terlambat diposting...

Selamat berjuang buat teman-teman Honorer Kategori 2 yang akan test CPNS besok.


semoga menginspirasi teman-teman semua.

Jika Kau Tanya


Jika kau bertanya apa yang sedang kupikirkan? Mungkin ini jadi jawabannya.

ya, saya suka tokoh ini. Seolah-olah tanpa rencana, tapi berhasil membuat seluruh penjahat di Gotham takut padanya. Seorang diri. Tanpa organisasi. Hanya rencana. Ekspresif. Ungkapan yang tepat untuk melukiskan tokoh ini.
Ingin seperti dia? Boleh juga. Mau seperti apa sekarang? Membuat sebuah rencana tanpa disebut rencana.
Sepertinya rumit.
Coba jika kau tanya lagi. Mau apa sekarang?
Ya, mungkin pengen seperti orang lain. Hidup, bangun, punya temen, kesana-kemari, main, bercanda, hangout, belajar, bisa ngerjain soal, bisa ngerjain tugas, bisa ngeluh, bisa begini, bisa begitu.
Huuuh, so hard to say, but wanna like that. Really.
Jika kau tanya. Menjadi apa sekarang?
Akan ku jawab seperti apa? orang tak akan paham dengan keinginan masing-masing orang. Ada yang ingin seperti ini. Ada yang ingin seperti itu. Kenapa tak coba saling memahami. Apakah kita makhluk yang kurang bisa memahami. Karena setahu saya, ya hanya cuman manusia yang bisa saling memahami.
Apakah insting kita yang terlalu tak peka. Atau waktu yang mengubahnya tak peduli.

Jika kau tanya. Apa yang mungkin akan aku lakukan?

Mungkin aku akan menjawab, ya ikuti saja takdirmu. Hanya mengalir, atau merambah untuk tetap tegak. 

Friday, November 1, 2013

Appearance

Appearance
“Selama enak dipandang, ya bakalan enak di hati.”
Begitu ungkapan yang ada. Menggunakan kata sederhana, enak di dengar, dan bermakna mendalam. Hasyaaah…..
Coba kita telisik lebih jauh sebenarnya maksud ungkapan ini. Sedikit banyak adalah tentang memperlakukan penglihatan sebagai indera utama di atas indera lainnya. Wajar memang jika seperti itu. Karena bisa dikatakan, mungkin orang akan memilih tetap bisa melihat daripada yang lain.
Penampilan luar menjadi daya tarik pertama bagi orang. Siapa sih yang nggak jatuh hati ketika ada wanita cantik lewat dengan kelembutan pandangannya. Menundukkan hati. Hohohoooo. Itu hanya perumpamaan, yang mana pada intinya adalah bagi siapapun pandangan adalah hal yang mempunyai nilai yang tinggi dibanding sense yang lain.
Kadangkala hanya dengan melihat sudah mewakili sense keseluruhan. Meski 2 mata mempunyai jumlah yang sama dengan 2 telinga, tapi sense yang dihasilkan sudah sangat berbeda.
Apa yang kita lihat, terkadang berbeda hasilnya dengan apa yang kita dengar. So, that’s why pandangan menjadi salah satu hal yang penting.
Kalau dianalogikan juga bisa ternyata, pandangan. Vision. Sebuah tatapan masa depan. Sebuah keinginan, sebuah cita-cita, sebuah idealisme. Terdapat pada vision.
Tapi bakalan melenceng jauh dari tema nanti kalau saya tuliskan. Hehehehe.
It’s all about appearance. Penampilan itu segalanya bagi orang perfeksionis. Bagi orang sederhana, penampilan itu cukup dengan tidak merusak kesopanan dan enak dipandang.
Secara Rasulullah saja menyarankan untuk memakai yang pantas kan? So, apa yang salah dengan memperhatikan penampilan. Nggak ada yang salah kok. Nggak pernah ada yang salah. Hanya jangan terlalu terpaku pada penampilan hingga lupa pada kontennya.
Ya begitulah manusia. Terlalu sibuk pada penampilan dan kemudian mengabaikan konten. Tak terkecuali penulis sendiri *buka aib.
Pernah suatu ketika diminta membuat sistem informasi. Bisa dibilang sistem informasi sederhana. Dan anda tahu, waktu yang terbesar digunakan untuk membuat css dan juga appearance khusus untuk sistem informasi tersebut hingga lupa sistem utamanya terbengkalai secara jauh.
Fiiiuuuuuh….
Jadi mengerikan kalo bicara penampilan ya. Tanpa sadar kita membuang waktu hampir 1 atau 2 jam untuk penampilan kita yang hanya sekedar mungkin 3 atau 4 jam ke depan yang kemudian luntur lagi.
Atau mungkin kita terlalu cuek juga dengan penampilan. Hahahhaa.
Hanya yang tidak disukai adalah ketika tiba-tiba menjudgment penampilan seseorang. Saya terkadang tak suka dengan hal tersebut. Orang terburu-buru menilai penampilan orang. Berupaya membuat sebuah joke atau mungkin pendiskreditan atas penampilan seseorang. Ya, kalo memang kurang sopan sih nggak masalah, akan tetapi ketika udah sopan dan kemudian masih aja tetap di-paido (bahasa jawa*red) kurang tahu saya apa bahasa Indonesia. Intinya masih saja dikritik, atau mungkin dijelek-jelekkin.
Hahahaha, mungkin hanya sensitivitas masing-masing orang lah. Nggak mungkin kita membuatnya rata.
Hanya intinya memang kadang apa kita berhak menjudge bahwa itu baik atau buruk tanpa standar bahwa itu baik atau buruk. Sederhananya, bisakah kita punya standar bahwa ini sopan atau tidak.

Begitulah manusia, terlalu banyak komentar dan kurang bisa menilai diri sendiri.